JAWA TENGAH

JAWA TENGAH


Sejak abad VII, banyak terdapat pemerintahan kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah (Central Java), yaitu: Kerajaan Budha Kalingga, Jepara yang diperintah oleh Ratu Sima pada tahun 674. Menurut naskah/prasasti Canggah tahun 732, kerajaan Hindu lahir di Medang, Jawa Tengah dengan nama Raja Sanjaya atau Rakai Mataram. Dibawah pemerintahan Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya, ia membangun Candi Rorojonggrang atau Candi Prambanan. Kerajaan Mataram Budha yang juga lahir di Jawa Tengah selama era pemerintahan Dinasti Syailendra, mereka membangun candi-candi seperi Candi Borobudur, Candi Sewu, Candi Kalasan dll.

Pada abad 16 setelah runtuhnya kerajaan Majapahit Hindu, kerajaan Islam muncul di Demak, sejak itulah Agama Islam disebarkan di Jawa Tengah. Setelah kerajaan Demak runtuh, Djoko Tingkir anak menantu Raja Demak (Sultan Trenggono) memindahkan kerajaan Demak ke Pajang (dekat Solo). Dan menyatakan diri sebagai Raja Kerajaan Pajang dan bergelar Sultan Adiwijaya. Selama pemerintahannya terjadi kerusuhan dan pemberontakan. Perang yang paling besar adalah antara Sultan Adiwijaya melawan Aryo Penangsang. Sultan Adiwijaya menugaskan Danang Sutowijaya untuk menumpas pemberontakan Aryo Penangsang dan berhasil membunuh Aryo Penangsang. Dikarenakan jasanya yang besar kepada Kerajaan Pajang, Sultan Adiwijaya memberikan hadiah tanah Mataram kepada Sutowijaya. Setelah Pajang runtuh ia menjadi Raja Mataram Islam pertama di Jawa Tengah dan bergelar Panembahan Senopati.

Di pertengahan abad 16 bangsa Portugis dan Spanyol datang ke Indonesia dalam usaha mencari rempah-rempah yang akan diperdagangkan di Eropa. Pada saat yang sama, bangsa Inggris dan kemudian bangsa Belanda datang ke Indonesia juga. Dengan VOC-nya bangsa Belanda menindas bangsa Indonesia termasuk rakyat Jawa Tengah baik dibidang politik maupun ekonomi.

Di awal abad 18 Kerajaan Mataram diperintah oleh Sri Sunan Pakubuwono II, setelah beliau wafat muncul perselisihan diantara keluarga raja yang ingin memilih/menunjuk raja baru. Perselisihan bertambah keruh setelah adanya campur tangan pemerintah Kolonial Belanda pada perselisihan keluarga raja tersebut. Pertikaian ini akhirnya diselesaikan dengan Perjanjian Gianti tahun 1755. Kerajaan Mataram terbagi menjadi dua kerajaan yang lebih kecil yaitu Surakarta Hadiningrat atau Kraton Kasunanan di Surakarta dan Ngayogyakarta Hadiningrat atau Kraton Kasultanan di Yogyakarta.
Sampai sekarang daerah Jawa Tengah secara administratif merupakan sebuah propinsi yang ditetapkan dengan Undang-undang No. 10/1950 tanggal 4 Juli 1950.

Jawa Tengah sebagai salah satu Propinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua Propinsi besar, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur. Letaknya 5o40' dan 8o30' Lintang Selatan dan antara 108o30' dan 111o30' Bujur Timur (termasuk Pulau Karimunjawa). Jarak terjauh dari Barat ke Timur adalah 263 Km dan dari Utara ke Selatan 226 Km (tidak termasuk pulau Karimunjawa).

Secara administratif Propinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 Kabupaten dan 6 Kota. Luas Wilayah Jawa Tengah sebesar 3,25 juta hektar atau sekitar 25,04 persen dari luas pulau Jawa (1,70 persen luas Indonesia). Luas yang ada terdiri dari 1,00 juta hektar (30,80 persen) lahan sawah dan 2,25 juta hektar (69,20 persen) bukan lahan sawah.

Menurut penggunaannya, luas lahan sawah terbesar berpengairan teknis (38,26 persen), selainnya berpengairan setengah teknis, tadah hujan dan lain-lain. Dengan teknik irigasi yang baik, potensi lahan sawah yang dapat ditanami padi lebih dari dua kali sebesar 69,56 persen.

Berikutnya lahan kering yang dipakai untuk tegalan/kebun/ladang/huma sebesar 34,36 persen dari total bukan lahan sawah. Persentase tersebut merupakan yang terbesar, dibandingkan presentase penggunaan bukan lahan sawah yang lain.

Menurut Stasiun Klimatologi Klas 1 Semarang, suhu udara rata-rata di Jawa Tengah berkisar antara 18oC sampai 28oC. Tempat-tempat yang letaknya dekat pantai mempunyai suhu udara rata-rata relatif tinggi. Sementara itu, suhu rata-rata tanah berumput (kedalaman 5 Cm), berkisar antara 17oC sampai 35oC. Rata-rata suhu air berkisar antara 21oC sampai 28oC. Sedangkan untuk kelembaban udara rata-rata bervariasi, dari 73 persen samapai 94 persen. Curah hujan terbanyak terdapat di Stasiun Meteorologi Pertanian khusus batas Salatiga sebanyak 3.990 mm, dengan hari hujan 195 hari.

Propinsi Jawa Tengah dibagi kedalam beberapa Wilayah Administrasi, meliputi :

Wilayah
Jumlah
Kabupaten
29
Kota
6
Kecamatan
565
Kelurahan
764
Desa
7.804



Sumber data : Biro Pemerintahan
Kota = Pekalongan, Salatiga, Tegal, Magelang, Semarang, Surakarta.



SEJARAH SINGKAT HARI JADI PROPINSI JAWA TENGAH

I. SEJARAH PERKEMBANGAN PROPINSI JAWA TENGAH
Sebagai suatu Propinsi, Jawa Tengah sudah dikenal sejak jaman penjajahan Belanda didasarkan pada peraturan-peraturan yang berlaku pada saat itu.

A. Jaman Penjajahan Belanda
Berdasarkan Wet houdende decentralisatie van het Bestuur in Nederland -Indie (Decentralisatie Wet 1903), maka pemerintahai di Jawa dan Madura terbagi atas Gewest (Karesidenan), Afdeeling/Regentschap (Kabupaten), District / Standgeemente (Kotapraja), dan Oderdistrict(Kecamatan).

B. Jaman Pendudukan Jepang
Pada masa pendudukannya, Jepang mengadakan perubahan Tata Pemerintahan Daerah yaltu Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1942 (Tahun Jepang 2062) yang menetapkan bahwa seluruh Jawa kecuali Vorstenkendeh (Kerajaan-kerajaan) terbagi dalam wilayah Syuu (Karesidenan), Si (Kotapraja), Ken (Kabupaten), Gun (Distrik), Son ConderDistrikdan Ku(Kelurahan)

C. Setelah Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945.
Berdasarkan Pasal 18 UUD 1945, diterbitkan UU No. 10 Tahun 1950 yang menetapkan Pembentukan Propinsi Jawa Tengah. Sesual dengan PP No. 31 Tahun 1950, UU No.10 Tahun 1950, dinyatakan berlaku pada tanggal 15 Agustus 1950.

Selanjutnya berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tenciab Nomor 7 Tahun 2004 ditetapkan Hari Jadi Propinsi Jawa Tengah tanggal l5 Agustus 1950.


II. PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN PROPINSI JAWA TENGAH

A. UU Pengaturan Pemerintah Daerah
Sejak merdeka hingga sekarang peraturan per Undang-Undangan yang mengatur tentang system Pemerintah Daerah adalah :
1. UU No. 1 Tahun 1945, dengan prinsip otonomi berdasarkan kedaulatan rakyat;
2. UU No. 22 Tahun 1945, dengan prinsip otonomi sebanyak banyaknya;
3. UU No. 1 Tahun 1957, dengan prinsip otonomi yang riil dan seluas-luasnya;
4. PenPres No. 6 Tahun 1959;
5. UU No. 18 Tahun 1965, dengan prinsip otonomi yang riil dan seluas-luasnya.
6. UU No. No. 5 Tahun 1974, dengan prinsip otonomi nyata dan bertanggungjawab;
7. UU No. 22 Tahun 1999, dengan prinsip otonomi seluas-luasnya, nyata dan bertangungjawab;
8. UU No. 32 Tahun 2004, dengan prinsip otonomi luas, nyata dan bertanggungjawab.

B. Kepala Pemerintahan:
Sejak merdeka sampai dengan sekarang, Jawa Tengah dipimpin oleh 14 (empat belas) Kepala Pemerintahan yaitu :

1. R. Pandji Soeroso, pada Tahun 1945;
2. KRT Mr Wongsonegoro, Tahun 1945 s/d 1949;
3. R. Boedijono, Tahun 1949 s/d 1954;
4. RMT. Mangunnegoro, Tahun 1954s/d 1958;
5. R. Soekardji Mangoen Koesoemo, Tahun 1958 s/d 1960;
6. RM Hadisoebeno Sosrowerdojo, Tahun 1958 s/d 1960;
7. Mochtar, Tahun 1960 s/d 1966;
8. Moenadi, Tahun 1966 s/d 1974;
9. Soepardjo Rustam, Tahun 1974 s/d 1983;
10. H.M. Ismail, Tahun 1983 s/d 1993;
11. H. Soewardi, Tahun 1993 s/d 1998;
12. H. Mardiyanto, Tahun 1998 s/d 2007;
13. Ali Mufiz, Tahun 2007 s/d 2008;
14. Bibit Waluyo, Tahun 2008 sampai saat ini;

C. Ketua DPRD Propinsi Jawa Tengah;
Sejak Pemilu Tahun 1955 sampai sekarang DPRD Propinsi Jawa Tengah dipimpin 8 orang, yaitu :
1. H. Imam Sofwan, Tahun 1955 s/d 1971;
2. Parwoto, Tahun 1971 s/d 1977;
3. H. Widarto, Tahun 1977 s/d 1982;
4. Ir. H. Soekorahardjo, Tahun 1982 s/d 1992;
5. Drs. H. Soeparto Tjitrodihardjo, Tahun 1992 s/d 1997;
6. Alip Pandoyo Tahun 1997 s/d 1999;
7. Mardijo, Tahun 1999 s/d 2004;
8. H. Murdoko SH, Tahun 2004 s/d sekarang

SLOGAN
"BALI NDESO MBANGUN DESO"

VISI
"TERWUJUDNYA MASYARAKAT JAWA TENGAH YANG SEMAKIN SEJAHTERA "

MISI

  1. Mewujudkan Pemerintahan yang bersih dan profesional serta sikap responsif aparatur.
  2. Pembangunan ekonomi kerakyatan berbasis pertanian, UMKM dan industri padat karya.
  3. Memantapkan kondisi sosial budaya yang berbasiskan kearifan lokal.
  4. Pengembangan sumber daya manusia berbasis kompetensi secara berkelanjutan.
  5. Peningkatan perwujudan pembangunan fisik dan infrastruktur.
  6. Mewujudkan kondisi aman dan rasa aman dalam kehidupan masyarakat.

GAMELAN JAWA
Gamelan Jawa merupakan Budaya Hindu yang digubah oleh Sunan Bonang, guna mendorong kecintaan pada kehidupan Transedental (Alam Malakut)"Tombo Ati" adalah salah satu karya Sunan Bonang. Sampai saat ini tembang tersebut masih dinyanyikan dengan nilai ajaran Islam, juga pada pentas-pentas seperti: Pewayangan, hajat Pernikahan dan acara ritual budaya Keraton.

KERIS JAWA
Keris dikalangan masyarakat di jawa dilambangkan sebagai symbol “ Kejantanan “ dan terkadang apabila karena suatu sebab pengantin prianya berhalangan hadir dalam upacara temu pengantin, maka ia diwakili sebilah keris. Keris merupakan lambang pusaka. Di kalender masyarakat jawa mengirabkan pusaka unggulan keraton merupakan kepercayaan terbesar pada hari satu sura.
Keris pusaka atau tombak pusaka merupakan unggulan itu keampuhannya bukan saja karena dibuat dari unsure besi baja, besi, nikel, bahkan dicampur dengan unsure batu meteorid yang jatuh dari angkasa sehingga kokoh kuat, tetapi cara pembuatannya disertai dengan iringan doa kepada sang maha pencipta alam ( Allah SWT ) dengan duatu apaya spiritual oleh sang empu. Sehingga kekuatan spiritual sang maha pencipta alam itu pun dipercayai orang sebagai kekuatan magis atau mengandung tuah sehingga dapat mempengaruhi pihak lawan menjadi ketakutan kepada pemakai senjata pusaka itu.

KETHOPRAK
Kethoprak kalebu salah sawijining kesenian rakyat ing Jawa tengah, ananging ugo bisa tinemu ing Jawa sisih Wetan (Jawa Timur ).Kethoprak wis nyawiji dadi budaya masyarakat Jawa tengah lan biso ngasorake kesenian liyane ,umpamane Srandul, Emprak lan sakliyane. Kethoprak wiwit bebukane awujud dedolanan para priyo ing dusun kang lagi nganaake lelipur sinambi nabuh lesung kanthi irama ana ing waktu wulan purnama ndadari , kasebut Gejog. Ana ing tembe kaering tembang bebarengan ing kampung /dusun kanggo lelipur . Sak teruse ana tambahan gendang, terbang lan suling, mula wiwit saka iku kasebut Kethoprak Lesung, kira-kira kadadeyan ing tahun 1887. Sak banjure ana ing tahun 1909 wiwitan dianaake pagelaran Kethoprak kanthi paripurna/lengkap.
Pagelaran Kethoprak wiwitan kang resmi ing ngarsane masyaraket/umum, yokuwi Kethoprak Wreksotomo, dipandegani dening Ki Wisangkoro, sing mandegani kabeh para pria. Carita kang dipagelarake yoiku : Warso - Warsi, Kendono Gendini, Darmo - Darmi, dlan sapanunggalane.
Sak wise iku pagelaran Kethoprak sang soyo suwe dadi lan apike lan dadi klangenane masyarakat, utamane ing tlatah Yogyakarta. Ing kadadeyan sak wise Pagelaran Kethoprak dadi pepak anggone carita lan ugo kaering gamelan . Anane gegayutan karo pagelaran "teater" para narapraja .
  
KESENIAN WAYANG

WAYANG KULIT
Kesenian wayang dalam bentuknya yang asli timbul sebelum kebudayaan Hindu masuk di Indonesia dan mulai berkembang pada jaman Hindu Jawa. Pertunjukan Kesenian wayang adalah merupakan sisa-sisa upacara keagamaan orang Jawa yaitu sisa-sisa dari kepercayaan animisme dan dynamisme.
Menurut Kitab Centini, tentang asal-usul wayang Purwa disebutkan bahwa kesenian wayang, mula-mula sekali diciptakan oleh Raja Jayabaya dari Kerajaan Mamenang / Kediri. Sektar abad ke 10 Raja Jayabaya berusaha menciptakan gambaran dari roh leluhurnya dan digoreskan di atas daun lontar. Bentuk gambaran wayang tersebut ditiru dari gambaran relief cerita Ramayana pada Candi Penataran di Blitar. Ceritera Ramayana sangat menarik perhatiannya karena Jayabaya termasuk penyembah Dewa Wisnu yang setia, bahkan oleh masyarakat dianggap sebagai penjelmaan atau titisan Batara Wisnu. Figur tokoh yang digambarkan untuk pertama kali adalah Batara Guru atau Sang Hyang Jagadnata yaitu perwujudan dari Dewa Wisnu.

Wayang Kulit Gagrag Banyumasan
Wayang Kulit Gagrag Banyumasan adalah jenis pertunjukan wayang kulit yang bernafas Banyumas. Lakon-lakon yang disajikan dalam pementasan tidak berbeda wayang kulit purwo, yaitu bersumber dari kitab Mahabarata dan Ramayana. Spesifikasi wayang kulit gagrag Banyumasan adalah terletak pada tehnik pembawaannya yang sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya masyarakat setempat yang memilik pola kehidupan tradisional agraris.

Wayang Bocah
Berbagai macam pertunjukan kesenian yang anda lihat di Solo belum lengkap rasanya sebelum melihat bertunjukan wayang bocah biasanya pernain wayang adalah orang dewasa namun seperti namanya, wayang ini dimainkan anak anak atau dalam bahasa jawa disebut bocah. Meskipun demikian kepiawaian mereka bermain tak kalah dengan wayang orang yang dimainkan orang dewasa. Bahkan selain melihat pertunjukannya. , juga dapat melihat latihannya dengan mengunjungi sanggar tari Wayang Bocah Suryo Sumirat di Mangkunegaran atau Meta Budaya di Kampung Baluwarti.

Wayang Orang Sriwedari
Wayang Orang berkembang sejak abad XVIII. Diilhami dari drama yang telah berkembang di Eropa, KGPAA Mangkunegoro I di Surakarta menciptakan Wayang Orang, bnamuiuntidak berkembang lama. pada saat Paku Buwono X membangun Sriwedari sebagai taman hiburan untuk umum dan diresmikan pada tahun 1899, diadakan pertunjukan Wayang Orang yang kemudian hidup sampai sekarang. Wayang Orang Sriwedari telah berjasa besar ikut serta melestarikan kebudayaan bangsa,yaitu seni wayang orang, seni tari, seni busana, seni suara serta seni karawitan.

WAYANG GOLEK MENAK
Dijaman penyiaran agama Islam masuk ke wilayah Pulau Jawa khususnya diwilayah Pantura Pulau Jawa mengalami hambatan ‑terutama diwilayah Kota Pemalang sebagian masyarakat banyak yang menganut agama Hindu. Karena daerah Pemalang merupakan tanah perdikan dari Kerajaan Majapahit.
Untuk dapat mempengaruhi ajaran‑ajaran Islam para sunan wali dan ulama syiar dengan menggunakan wayang sebagai medianya. Di Kabupaten Pemalang ada beberapa jenis wayang yang tumbuh dan subur diantaranya : wayang kulit, wayang kemprah, wayang tutur, wayang golek cepak, wayang golek badong, wayang golek menak.
Diantara wayang yang kami sebutkan di atas wayang kulit dan wayang golek menak yang mendapat hati di masyarakat. Untuk itu, kami mengangkat wayang golek menak sebagai kesenian unggulan
Bentuk wayang tak ubahnya dengan wayang golek di daerah kami, terbuat dari kayu, dengan wajah tiga dimensi yang menggambarkan tokoh ‑ tokoh pada masa dahulu yang bersumber dari tokoh legenda dan tokoh islam.
Cerita mengambil dari dua sumber, bisa menceritakan ajaran ‑ ajaran Islam dan cerita ‑cerita daerah setempat , tinggal menurut apa keinginan masyarakat atau kehendak yang punya hajat ataupun panitia.

Ke Khasan Wayang Golek Menak
Cerita daerah setempat dengan cerita yang tidak dimiliki daerah lain.
Gending. Gending iringan adaiah gending cengkok khusus daerah setempat Pernalangan Yang tidak di ajarkan di pawiyatan seperti iringan wayang kulit misainya.
Sastra dan Sabet. Sastra kadang muncul dengan khas wayang golek menak serta sabet atau gerak Wayang golek.


KESENIAN TARI

TARIAN JAWA
Tarian merupakan bagian yang menyertai perkembangan pusat baru ini. Ternyata pada masa kerajaan dulu tari mencapai tingkat estetis yang tinggi. Jika dalam lingkungan rakyat tarian bersifat spontan dan sederhana, maka dalam lingkungan istana tarian mempunyai standar, rumit, halus, dan simbolis. Jika ditinjau dari aspek gerak, maka pengaruh tari India yang terdapat pada tari-tarian istana Jawa terletak pada posisi tangan, dan di Bali ditambah dengan gerak mata.
Tarian yang terkenal ciptaan para raja, khususnya di Jawa, adalah bentuk teater tari seperti wayang wong dan bedhaya ketawang. Dua tarian ini merupakan pusaka raja Jawa. Bedhaya Ketawang adalah tarian yang dicipta oleh raja Mataram ketiga, Sultan Agung (1613-1646) dengan berlatarbelakang mitos percintaan antara raja Mataram pertama (Panembahan Senopati) dengan Kangjeng Ratu Kidul (penguasa laut selatan/Samudra Indonesia) (Soedarsono, 1990). Tarian ini ditampilkan oleh sembilan penari wanita.

KABUPATEN BANJARNEGARA
KESENIAN APLANG
Terbentuknya Kesenian Aplang, berasal dari tradisi penyebaran agama Islam di Jawa Tengah. Penyebaran agama Islam pada waktu itu menggunakan beberapa cara, salah satunya adalah kesenian. Di Desa Kali Wuluh Kecamatan Mandiraja terdapat Group Perjanjen, sebuah alat untuk menyebarkan agama Islam, berupa melagukan ayat suci al Quran dan syair‑syair berbahasa Jawa dengan diiringi rebana. Pada sekitar tahun 1950‑an terbentuk Kesenian Angguk yang merupakan perkembangan dari Perjanjen. Kesenian ini terbentuk dengan menambahkan gerakan silat yang dilakukan beberapa laki‑laki pada Perjanjen. Setelah beberapa waktu Kesenian Angguk tidak aktif, kemudian tumbuh Kesenian Daeng. Kesenian Daeng ini dengan mengganti pemain laki‑laki pada Angguk dengan pemain wanita. Penggantian ini karena dirasa pemain wanita lebih menarik orang untuk menyaksikan kesenian ini. Kata daeng berasal dari kata beda tetapi aeng ( aneh ), yang dimaksud berbeda adalah berbeda dari Kesenian Angguk.


Beberapa waktu kemudian pada kesenian Daeng dilakukan penambahan pemain pria. Penambahan pemain dikarenakan agar kesenian Daeng lebih atraktif. Kesenian Daeng berubah nama menjadi Aplang. Kata aplang berasal dari gerakan silat yang dilakukan dengan merentangkan tangan ( dhaplang ). Dalam kesenian Aplang terjadi penambahan alat musik yang mengiringinya, antara lain kendang, rebana, bedug dan genjring. Beberapa cerita dan syair puji‑pujian yang dilagukan menggunakan bahasa Arab dan Jawa.

KABUPATEN BREBES
BUROQ

Kesenion Buroq adolah salah satu kesenion khas yang ada di kabupaten Brebes, dan di Jawa Tengah kesenian ini memang hanya ada di kabupaten Brebes saja.
Menurut sejarahnya kesenian Buroq lahir di Brebes bersamaan dengan masuk dan berkembangnya agama Islam, karenanya pada awalnya kesenian Buroq diiringi dengon rampak rebana, dan lagu lagu pujian, kerena tujuan pertunjukan Buroq pada waktu itu adalah untuk mengundang warga masyarakat berkumpul, setelah berkumpul para ulama menyampaikan siar agama Islam.
Dalam perkembangannyo kesenion Buroq mengikuti selera pasar sehingga dalam pertunjukkon Buroq tidak laqi diiringi dengan rompok rebana, topi diiringi dengan orkes dangdut yong melantunkan tembang tembang cirebonon.
Di kabupaten Brebes masih ada beberapa group kesenion Buroq yong eksis, seperti di desa Kemurang kecamatan Tanjung, desa ‑Prapag Lor kecamatan Losari, desa Randu Songa kecamatan Brebes, dan juga di kecamatan Ketanggungan, Larangan dan Kersana.

KABUPATEN BOYOLALI
TURONGGO SETO

Turonggo Seto berasal dari kata Turonggo dan kata Seto. Turonggo berarti kuda dan Seto adalah putih, jadi kedua makna tersebut mempunyai arti kuda putih.Turonggo Seto merupakan tari tradisional yang hidup dan berkembang di sebuah desa. Tepatnya di antara lereng gunung Merapi dan Merbabu dengan nuansa pedesaan yang masih alami.
Wilayah ini merupakan daerah yang memiliki udara dingin dan sangat sejuk yaitu Desa Selo. Nama Desa Selo menurut penuturan penduduk setempat merupakan arti dari selo selaning gunung Merapi dan Merbabu yang terletak diantara dua kaki gunung yaitu Merapi dan Merbabu, tepatnya diujung barat Kabupaten Boyolah, Propinsi Jawa Tengah. Tarian ini mengisahkan tentang semangat nan gigih para Prajurit Pangeran Diponegoro yang dengan gagah berani berperang melawan pasukan Belanda supaya meninggalkan jejaknya dari wilayah Selo.
Prajurit Turonggo Seto sangat gigih berlatih berperang sampai saat maju ke medan laga. Prajurit Diponegoro dengan menunggang kuda putih yang begitu kekar, bersih dan tampan. Tetap bersemangat untuk maju ke medan laga demi memperjuangkan kemerdekan negeri tercinta in sampai pada akhirnya Pasukan Turonggo Seto memperoleh kemenangan.

KABUPATEN CILACAP
KENDANG RAMPAK
Kendhang merupakan bagian alat musik tradisional yang terbuat dari kayu bulat yang di padu dengan kulit hewani seperti kulit sapi, kerbau, kijang atau kambing clan kegunaanya sangat dominan dalam perangkat musik tradisional, sebab kendhang merupakan alat musik tradisional yang berfungsi sebagai pengendali arah atau sebagai pamurbo irama sehingga mampu menciptakan rasa nikmat sesuai kebutuhan pagelaran.

JENIS JENIS KENDHANG YANG DIPERGUNAKAN
1. Satu buah kendhang besar.
2. Dua atau tiga kendhang kecil (ketipung).

PERMAINAN SENI KENDHANG RAMPAK
Seni kendhang rampak dimainkan lebih dari satu orang, pada tahun 1987 1997 pernah ditampilkan limapuluh orang pengendhang, clan sering diikut sertakan dalam event event ditingkat Regional, Nasional maupun Internasional.

FUNGSI KENDHANG RAMPAK
1. Pengendali arah atau parnurbo irama
2. Sebagai roh pementasan
3. Penampilan atraktif
4. Mengiringi tarian contoh : jalungmas
5. Mampu berkolaborasi dengan musik yang lain

PERKEMBANGAN SENI KENDHANG RAMPAK
Seni kendhang rampak di Kabupaten Cilacap sampai dengan saat ini masih lestari dan berkembang di tengah tengah masyarakat di wilayah wilayah Kabupaten Cilacap serta terus dilaksanakan pembinaan secara berkala.